Rabu, 23 Agustus 2017

MANFAAT TADARUS DAN SHALAT DHUHA


Pengurus OSIS MTsN 2 Bogor sedang melakukan 
persiapan untuk membimbing Tadarus dan Shalat Dhuha

Selfie dulu sebelum bekerja " OSIS JAYA"
 

Shalat Dhuha mempunyai kedudukan mulia.

Disunnahkan untuk kita kerjakan sejak terbitnya matahari sampai menjelang datangnya shalat dzuhur. 

Seperti diungkap oleh Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam bukunya Khasais al-Ummah al-Muhamadiyah tentang keutamaannya, penulis membeberkan keutamaan-keutamaan yang disediakan oleh Allah bagi hamba yang menunaikannya lengkap dengan sumber haditsnya.

Pertama, orang yang shalat Dhuha akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. 

“Barangsiapa yang selalu mengerjakan shalat Dhuha niscaya akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Turmudzi)

Kedua, barangsiapa yang menunaikan shalat Dhuha ia tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Allah.

“Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat.” (HR. Hakim). 

 Ketiga, orang yang menunaikan shalat Dhuha akan dicatat sebagai ahli ibadah dan taat kepada Allah. 

“Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. 

Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. 

Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. 

Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR. At-Thabrani). 

Keempat, orang yang istiqamah melaksanakan shalat Dhuha kelak ia akan masuk surga lewat pintu khusus, pintu Dhuha yang disediakan oleh Allah. “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. 

Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian. 

Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. At-Thabrani).
 
Kelima, Allah menyukupkan rezekinya. “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, niscaya Aku (Allah) akan menyukupimu di akhir harimu.” (HR. Abu Darda`). 

Keenam, orang yang mengerjakan shalat Dhuha ia telah mengeluarkan sedekah. “Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. 

Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. 

Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Muslim). 

 Selain keutamaan yang sudah disebutkan di atas, masih ada keutamaan lainnya yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. 

Yaitu dengan mengerjakan shalat Dhuha ada pahala besar berupa pahala seperti orang yang haji dan umrah yang diterima oleh Allah. 

Barangkali kemuliaan ini masih belum diketahui oleh banyak orang. Bunyi haditsnya, “Barangsiapa shalat subuh dengan berjamaah, kemudian duduk berdizkir kepada Allah sampai matahari terbit, lalu shalat dua rakaat, dia mendapat pahala seperti haji dan umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Turmudzi). 

 Dalam buku yang berjudul Panduan Shalat Dhuha (Terbitan Darul Uswah, Yogyakarta, 2013) yang ditulis oleh Ibrahim an-Naji dan diterjemahkan oleh Ahmad Suryana ini, diketengahkan syarat-syarat untuk dapat meraih pahala umrah dan haji yang sempurna itu.

 Pertama, diawali dengan shalat subuh berjamaah, meski tidak dilakukan di masjid seperti mushalla, ini sudah cukup. Batas minimalnya shalat berjmaah adalah antara imam dan makmun. 

 Kedua, duduk di tempat shalatnya sampai terbitnya matahari. Ketiga, tidak mengerjakan perbuatan yang tidak bermanfaat. 

Syarat keempat menyibukkan diri dengan berzikir hingga waktu dibolehkannya shalat Dhuha.

 Imam al-Ghazali menyebutkan amalan-amalan yang dilakukan di waktu antara subuh dan shalat Dhuha: berdoa, berzikir dengan tasbih, membaca al-Qur`an dan bertafafkur. Kelima, mengerjakan shalat Dhuha di tempat ia berzikir tersebut meski hanya dua rakaat. 

 “Joging 20 menit menyehatkan tubuh, shalat Dhuha 2 rakaat tenangkan jiwa,” tulis sahabat saya suatu kali, maka bukan hanya jiwa yang tenang, dosa pun diampuni, dimudahkan dalam menjemput rezeki dan pahala umrah serta haji dapat diraih. 

 Berbahagilah orang yang shalat Dhuha. Mengawali pagi dengan ibadah. Santapan ruhani yang menggenapkan semangat menjalani kehidupan dengan penuh keyakinaan dan tawakal. Dari awal hingga akhir menautkan diri kepada Allah yang Maha Kaya.

  Dan berikut adalah 6 keutamaan dari amalan sunah tadarus Al-Qur’an yang perlu kita ketahui. 

 Pertama, menjadi sebaik-baiknya manusia. Tidak ada manusia yang lebih baik daripada orang yang mau belajar dan mengajarkan Alquran.

 Oleh karena itu, profesi pengajar Al-Quran – jika dimasukkan sebagai profesi – adalah profesi terbaik di antara sekian banyak profesi. Sabda Nabi saw., 

“Sebaik-baik kamu sekalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

 Kedua, memperoleh kebaikan berlipat. Sabda Nabi SAW., “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. 

Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi) 

 Ketiga, memberi syafaat di hari kiamat. Sabda Nabi SAW., “Bacalah olehmu Al-Quran karena sesungguhnya Al-Quran itu akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim) 

 Keempat, dikumpulkan di surga bersama para malaikat. Sabda Nabi SAW., “Orang yang mahir membaca Al-Quran kelak (mendapat tempat di surga) bersama para malaikat yang mulia lagi taat. Sementara orang yang kesulitan dan berat jika membaca Al-Quran, maka ia mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 Kelima, mengangkat derajat. Nabi SAW. bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dengan Alkitab (Al-Quran), dan Ia akan merendahkan derajat suatu kaum yang lain dengannya.” (HR. Muslim) 

 Keenam, menjadi pembeda. Sabda Nabi SAW., “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Quran seperti buah limau yang harum baunya dan lezat rasanya. 

Perumpamaan orang mukmin yang tidak suka membaca Al-Quran seperti buah kurma yang tidak berbau, tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Quran seperti buah yang harum baunya, tetapi rasanya pahit. 

Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Quran seperti buah handhalah yang tidak ada baunya dan rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
( Wallahu alam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar